Optimistic
leadership training adalah model
pelatihan transformasi dalam melakukan optimalisasi diri untuk membentuk
karakter-karakter individu melalui potensi-potensi positif yang dimiliki melalui
konsep career optimistic leadership. Optimistic leadership training
membantu karyawan memiliki harapan positif akan pengembangan karir masa
depannya serta merasa nyaman dalam pembentukan dan perencanaan karir secara
matang untuk menjadi pemimpim masa depan.
Optimistic
leadership training adalah media peningkatan skill untuk menghasilkan
pemimpin-pemimpin organisasi yang optimis.
Kepemimpinan optimis yang berorientasi pada masa depan. Program ini membantu karyawan dalam
menumbuhkan keyakinan diri akan potensi kepemimpinan yang dimiliki. Optimistic
leadership training dapat membantu meningkatkan sikap optimis karyawan dalam
pencapaian karir kepemimpinan yang akan dicapai di suatu perusahaan. Karyawan menjadi yakin dengan tujuan yang
dapat dicapai berkaitan dengan pencapaian kepemimpinan di masa depan. Karyawan
menjadi yakin dengan potensi besar yang dimilikinya dalam usaha-usaha
pencapaian kesuksesan kepemimpinan di masa depan.
Pelatihan dengan menggunakan konsep Optimistic leadership dapat membantu seseorang dalam menentukan tujuan (goal setting) bagi pencapaian karir kepemimpinan
pada masa mendatang. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Avey, Luthans, dan
Jansen (2009) yang salah satu komponennya berfokus pada optimisme dan keyakinan
diri.
Hasil penelitiannya membuktikan bahwa optimisme mampu memberikan
proyeksi-proyeksi positif untuk kesuksesan karir, rasa optimis pencapaian goal, tahapan pencapaian kesuksesan
serta tantangan-tantangan yang harus dihadapi sebagai pemimpin masa depan untuk
mencapai kesuksesan karir dalam pekerjaannya.
Paradigma optimistic leadership training bertumpu pada pendekatan humanistik
bahwa setiap orang memiliki aset diri berupa positive psychological capital.
Psychological capital adalah
berupa potensi-potensi psikologi positif yang ada di dalam diri manusia. Aspek-aspek positi f dalam potensi diri
karyawan apabia dikembangkan secara terarah dan optimal maka dapat menumbuhkan
motivasi internal, komitmen, loyal, kepuasan kerja, keseimbangan kerja, peran
sosial, kebermaknaan diri, aktualisasi diri, optimis karir, kepercayaan diri,
kinerja yang optimal dan SDM yang berkualitas bagi dirinya maupun perusahaan.
Optimistic
leadership membuat
karyawan menjadi yakin dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari dengan penuh
semangat. Karyawan memiliki motivasi
untuk tetap tetap optimis berkarir di dalam organisasi dengan menunjukkan
kinerja yang maksimal. Karyawan dapat membantu mengembangkan bisnis perusahaan
sesuai dengan tujuan bisnis. Karyawan
mampu menyelaraskan visi dan misi perusahaan sesuai dengan tujuan karirnya.
Karyawan menjadi semangat untuk terus menerus berkarir sesuai perkembangan
perusahaan. Pengaruh efikasi diri dan optimisme dapat menumbuhkan komitmen
karyawan untuk bekerja secara terus menerus di dalam organisasi (Saleem, Saba
& Adnan, 2012).
Berangkat dari penelitian dan intervensi yang
telah kami lakukan bahwa hasil dari pemberian pelatihan optimisme menyebabkan seseorang menjadi yakin dengan potensi
besar yang dimilikinya dalam usaha-usaha pencapaian kesuksesan karir di masa
depan. Rasa optimisme dalam diri
karyawan dapat menyebabkan individu merasa lebih
sukses. karyawan menyadari akan potensi positif yang ada di dalam dirinya. Potensi tersebut sebagai modal utama dalam
memunculkan usaha-usaha nyata sebagai pemimpin masa depan.
Optimistic dapat mendorong karyawan untuk tetap merasa yakin terhadap
karirnya di tempat kerja. Karyawan memiliki ketenangan dalam menjalani karirnya
di tempat kerja karena mengetahui tingkat keberhasilan pada masa mendatang.
Karyawan tetap menjalankan tugas dan pekerjaannya sehari-hari dengan menghadapi
berbagai tantangan maupun hambatan. Karyawan dapat memelihara harapan-harapan
positif untuk memberikan kontribusi yang terbaik bagi perusahaan. Karyawan yang
optimisme memiliki harapan jika memiliki suatu kesenangan di dalam hati. Kesenangan hati itu sebagai bentuk kepuasan
hati terhadap penantian yang disukai yang memiliki sebab. Kepuasan hati tersebut memunculkan keteguhan
dan ketaatan untuk berusaha (komitmen dan loyalitas). Seseorang yang memiliki harapan di dalam
hatinya, maka mampu memelihara usaha-usahanya secara terus menerus hingga
mencapai sesuatu yang diharapkan. Hal
tersebut secara tidak langsung memunculkan “happy
worker” sesuai konsep human capital.